Sebuah batu berwarna hitam yang diyakini umat islam sebagai batu termulia di atas permukaan bumi ini, bernama Hajar Aswad. Batu yang datang dari sorga dan aslinya berwarna putih lebih dari putihnya air susu, namun menjadi hitam konon karena dosa-dosa manusia yang begitu banyak menyentuhnya! Namun benarkah nama Hajar Aswad diartikan Batu Hitam karena banyak disentuh orang-orang kotor? Mengapa tidak diberi nama Hajar Abyadl saja karena aslinya berwarna putih jernih?
Bagi kita, apalah artinya sebuah nama? Nama tidaklah amat penting, namun yang menjadi masalah adalah mengapa kita memaknai nama itu dengan keliru dan tidak tepat? Sehingga membuat kita lupa akan kewajiban kita untuk memuliakan dan mengagungkan Hajar Aswad itu!
Bila membuka kamus bahasa arab, kata Aswad memang berarti Hitam, namun sempatkah kita merujuk ke kaidah (tata bahasa) bahasa arab? yang ternyata lebih menghormati dan menjaga kemuliaan Hajar Aswad itu sendiri? Kata Aswad adalah sighat tafdil dari kata Sayyid yang berarti Tuan atau Penghulu! sebagaimana Ajwad adalah tafdil dari Jayyid yang berarti baik / terbaik. Jayyid = Ajwad. Sayyid = Aswad. Hajar Aswad bukan berarti Batu yang Hitam, namun berarti Batu yang Termulia, Batu yang Terunggul, Batu yang Tertinggi dan menjadi penghulu semua batu yang ada (Sayyidul-Ahjar), sebabnya tiada lain adalah karena telah dicium oleh penghulu alam; Rasulullah Saidina wa Maulana Muhammad Saw.
Dengan kecupan sang penghulu alam itu, batu tersebut menjadi batu yang aswad (termulia) dan dapat memberi syafaat kepada siapa saja yang pernah menyentuh atau mengecupnya!
Saidina Umar Ra. pernah mencium batu termulia itu, hanya semata-mata karena telah melihat Rasulullah Saw. menciumnya, dan tidak perduli dengan sebab-sebab lainnya. Dan itulah taat yang sesungguhnya, taat yang tanpa titik dan koma, patuh yang tanpa alasan dan banyak tanya! Beliau berkata kepada batu itu -setelah menciumnya- :
إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
“Aku tahu kamu adalah batu yang tak mampu memberi apapun kepadaku, namun kalau bukan Rasul yang menciummu, tidaklah aku mau menciummu”!
Bagi kita, apalah artinya sebuah nama? Nama tidaklah amat penting, namun yang menjadi masalah adalah mengapa kita memaknai nama itu dengan keliru dan tidak tepat? Sehingga membuat kita lupa akan kewajiban kita untuk memuliakan dan mengagungkan Hajar Aswad itu!
Bila membuka kamus bahasa arab, kata Aswad memang berarti Hitam, namun sempatkah kita merujuk ke kaidah (tata bahasa) bahasa arab? yang ternyata lebih menghormati dan menjaga kemuliaan Hajar Aswad itu sendiri? Kata Aswad adalah sighat tafdil dari kata Sayyid yang berarti Tuan atau Penghulu! sebagaimana Ajwad adalah tafdil dari Jayyid yang berarti baik / terbaik. Jayyid = Ajwad. Sayyid = Aswad. Hajar Aswad bukan berarti Batu yang Hitam, namun berarti Batu yang Termulia, Batu yang Terunggul, Batu yang Tertinggi dan menjadi penghulu semua batu yang ada (Sayyidul-Ahjar), sebabnya tiada lain adalah karena telah dicium oleh penghulu alam; Rasulullah Saidina wa Maulana Muhammad Saw.
Dengan kecupan sang penghulu alam itu, batu tersebut menjadi batu yang aswad (termulia) dan dapat memberi syafaat kepada siapa saja yang pernah menyentuh atau mengecupnya!
Saidina Umar Ra. pernah mencium batu termulia itu, hanya semata-mata karena telah melihat Rasulullah Saw. menciumnya, dan tidak perduli dengan sebab-sebab lainnya. Dan itulah taat yang sesungguhnya, taat yang tanpa titik dan koma, patuh yang tanpa alasan dan banyak tanya! Beliau berkata kepada batu itu -setelah menciumnya- :
إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع ولولا أني رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يقبلك ما قبلتك
“Aku tahu kamu adalah batu yang tak mampu memberi apapun kepadaku, namun kalau bukan Rasul yang menciummu, tidaklah aku mau menciummu”!
Comments
Post a Comment